ASAL-USUL DAN PENGERTIAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH (Abu al-Hasan bin Isma'il
al-Asy'ari dan Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi)
Asal Usul Ahlussunnah Wal Jamaah(Asy`ariyah dan Maturidiyah)
Asy`ariyah adalah sebuah paham aqidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy (Cikal Bakal Munculnya Paham Ahlussunnah Wal Jama'ah). Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.
Awalnya Al-Asy`ari pernah belajar kepada Al-Jubba`i, seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu`tazilah. Sehingga untuk sementara waktu, Al-Asy`ariy menjadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau mendalami paham Mu`tazilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara dia dan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah terutama masalah Kalam. Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`tazilah dan dua pun keluar dari paham itu kembali ke pemahanan Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Al-Asy`ariyah membuat sistem hujjah yang dibangun berdasarkan perpaduan antara dalil nash (naql) dan dalil logika (`aql). Dengan itu belaiu berhasil memukul telak hujjah para pendukung Mu`tazilah yang selama ini mengacak-acak eksistensi Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan, sejak berdirinya aliran Asy`ariyah inilah Mu`tazilah berhasil dilemahkan dan dijauhkan dari kekuasaan. Setelah sebelumnya sangat berkuasa dan melakukan penindasan terhadap lawan-lawan debatnya termasuk di dalamnya Imam Ahmad bin Hanbal.
Kemampuan Asy`ariyah dalam memukul Mu`tazilah bisa dimaklumi karena sebelumnya Al-Asy`ariy pernah berguru kepada mereka. Beliau paham betul lika-liku logika Mu`tazilah dan dengan mudah menguasai titik-titik lemahnya.
Meski awalnya kalangan Ahlussunnah sempat menaruh curiga kepada beliau dan pahamnya, namun setelah keberhasilannya memukul Mu`tazilah dan komitmennya kepada aqidah ahlus sunnah wal jamaah.
kemudia Abu al-Hasan bin Isma'il al-Asy'ari bertemu dengan tokoh kontemporer yang juga bertentangan dengan Mu'tazilah beliau adalah Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi.yang mereka memiliki persamaan dan sedikit perbedaan dalam akhidah yang akhirnya mencetuskan sebuah pemahaman AHL ASSUNNAH WA AL JAMA'AH..
Perbedaan dan persamaan model pemahaman / pemikiran antara Asy`ariyah dan Maturidiyah bisa kita break-down menjadi beberapa point :
1. Tentang sifat Tuhan
Pemikiran Asy`ariyah memiliki pemahaman yang relatif sama. Bahwa Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat Ilmu-Nya, bukan dengan zat-Nya. Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya.
2. Tentang Perbuatan Manusia.
Pandangan Asy`ariyah
3. Tentang Al-Quran
Pandangan Asy`ariyah mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu makhluq.
4. Tentang Kewajiban Tuhan
Pandangan Asy`ariyah
5. Tentang Pelaku Dosa Besar
Pandangan Asy`ariyah mengatakan bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak gugur ke-Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada pada tempat diantara dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.
6. Tentang Janji Tuhan
Keduanya sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti memberikan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang berbuat jahat.
7. Tetang Rupa Tuhan
Keduanya sama-sama sependapat bahwa ayat-ayat Al-Quran yang mengandung informasi tentang bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan diberi arti majaz dan tidak diartikan secara harfiyah.
Di masa lalu ada perdebatan sengit antara para ulama dan tokoh-toko teologi yang ditimbulkan akibat masuknya nilai-niai filsafat non Islam terutama dari barat (Yunani). Karena akar filsaat dan teologi mereka berangkat dari mitos tanpa dasar dari agama samawi yang kuat, maka masuknya paham ini kedunia Islam pastilah menimbulkan pertentangan tajam. Dalam tubuh umat Islam, pertentangan ini mengerucut pada tarik menarik antara dua kutub utama yaitu ahlussunnah yang mempertahankan paham berdasarkan nash (naql) dan Mu`tazilah yang cenderung menafikan nash (naql) dan bertumpu kepada akal semata. Sehingga mereka sering disebut dengan kelompok rasionalis.
Dalam perbedabatan panjang antar dua kutub yang saat itu kebetulan kemlompok mu`tazilah sempat memegang tampuk kekuasaan sehingga berusaha melikuidasi dan melenyapkan tokoh lawannya.
Di antara barisan ahlissunnah ini muncul nama dua tokoh ulama yang cukup berpengaruh, yaitu Al-Asya`ri dan Al-Maturidi. Mereka dalam hal ini menjadi qutub kekuatan mazhab aqidah yang sedang mengalami gempuran hebat dari kelompok rasionalis yang saat itu memang sedang di atas angin.
Al-Asy`ari mencoba menangkis semua argumen kelompok rasionalis dengan menggunakan bahasa dan logika lawannya. Karena kalau dijawab dengan dalil nash (naql), jelas tidak akan efektif untuk menangkal argumen lawan. Karena lawannya sejak awal sudah menafikan nash.
Sehingga kita memang melihat adanya kombinasi antara dalil aqli dan naqli yang digunakan oleh Al-Asy-`ari. Pada masanya, metode penangkisan itu sangat efektif untuk meredam argumen lawan.
Tentu tidak tepat untuk membandingkannya dengan zaman yang berbeda. Karena bila hal itu dilakukan, memang disana sini barangkali kita akan temukan hal-hal yang agak janggal secara konsep aqidah yang manhajiyah. Sayangnya, oleh mereka yang kurang mengerti duduk permasalahn, kejanggalan inilah yang sering dijadikan bahan tuduhan bahwa mazhab aqidah ini sesat. Padahal dimasanya, banyak sekali para ulama yang secara otomatis berada di pihak Al-asy`ari bila melihat tarik menarik antar kedua kelompok. Namun bukan berarti semua ulama saat itu 100 % menerima / setuju dengan detail mazhabnya. Dan hal itu adalah sesuatu yang lumrah sifatnya.
Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah
Rangkaian istilah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah terdiri dari tiga kata, yaitu:1. Ahl yang berarti keluarga, golongan, atau pengikut 2. Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maksudnya adalah semua yang datang dari Nabi Muhammad SAW, berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi Muhammad SAW. (source: Fath al-Bari, juz XII, hal 245) 3. Al-Jama'ah yaitu apa-apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada masaal-Khulafa' al-Rasyidun (Khalifah Abu Bakar RA, 'Umar bin Khattabb RA, 'Utsman bin 'Affan RAdan 'Ali bin Abi Thalib RA). Kata al-Jama'ah diambil dari sabda Nabi Muhammad SAW:مَنْ أرَادَ بُحبُوحَة الجَنةِ فليَلزمِ الجَمَاعَة. رواه الترمذي وصححه الحاكم والذهبي "Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jama'ah". (Hadits riwayat Timidzi, dan di shahihkan oleh Hakim dan al-Dzahabi). (source: Al-Mustadrak, juz I, hal 77-78). Sebagaimana telah dikemukakan oleh Syaikh 'Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq:
فالسّنة مَا سَنّهُ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم وَالجَمَاعَة مَااتفق ِعليْهِ أصْحَابُ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي خِلا فةِ الأئِمّة ِالأرْبَعَةِ الخُلفـَـــــــــــــاءِ الرّاشِــــدِينَ المَهْـــــــدِيّيْنَ رَحْمَة الله َعَليهِمْ اَجْمَعِين
"Yang dimaksud dengan al-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan pengertian al-Jama'ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa al-Khulafa' ar-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah SWT memberi rahmat pada mereka semua)". (souce: Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal 80). Selanjutnya Syaikh Abi al-Fadhl bin 'Abdussyakur menyebutkan dalam kitab al-Kawakib al-Lamma'ah:ِ
أَهلُ السّنةِ وَالجَمـــَاعَةِ الذِيْنَ لا زَمُوا سُنة النبي وَطرِيْقة الصّحَابَة ِفى العَقائِدِ الدّيْنِيـَّـــةِ وَالأعْمـَالِ البَدَنِيَّـــةِ وَالأخلاقِ القلبيـّــة
"Yang disebut Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah akidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati". (source: al-Kawakib al-Lamma'ah, hal 8-9)Jadi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah merupakan ajaran yang mengikuti semua yang telah di contohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Ada tiga prinsip yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.1. al-Tawassuth: sikap tengah-tengah/sedang/ tidak ekstrim kiri ataupun kanan. Firman Allah SWT:َ
وَكذالكَ جَعَلنَاكُمْ اُمّة وَسَطًا لِتكُوْنُوا شُهَدَاءَ عَلى النـّـــاسِ وَيَكوْن الرّسـُــــــولَ عَليْكمْ شَهيْدًا
"Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian". (QS. Al-Baqarah, 153) 2. al-Tawazun: seimbang dalam segala hal termasuk dalam penggunaan Dalil 'Aqli dan Dalil Naqli. Firman Allah SWT:َلقدْ اَرْسَلنـَـــا رُسُلنـَـــا بالبيِّنـَــاتِ وَانزَلنـَـــا مَعَهُمُ الكتـَـــاب وَالمِيْزَانَ لِيقوْمَ النـَّــاسُبِالقِسْط"Sungg uh
Kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca
(penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan". (QS.
Al-Hadid, 25) 3. al-I'tidal: tegak lurus. Dalam al-Qur'an disebutkan:
يــَــآ ايّهَا الذِيـْـــنَ آمَنوا كونوا قَوّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاءَ بِالقِسْطِ ، وَلا ُيَجرِمَنكُمْ شَنـَـــآنُ قَوْمٍ عَلي اَنْ لا تَعْدِلـُــوا ، اِعْدِلوا هُوَ اَقرَب لِلتقوَى وَاتقوا اللهَ اِنّ اللهَ خبِيْرٌ بِمَــــا تَعْمَلـُــوْن
"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah pada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah, 9) Karena itu, sebenarnya Ahl al-Sunnah wa al-jama'ah merupakan Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan-diamalkan oleh para sahabat. Ketika Rasulullah SAW menerangkan bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, dengan tegas Nabi SAW menyatakan bahwa yang benar adalah mereka yang tetap berpedoman pada apa saja yang diperbuat oleh Nabi SAW dan para sahabatnya pada waktu itu (ma ana 'alaihi al-yaum wa ashabi). Semoga kita dapat membuktikan dan mengaplikasikan dalam praktek keseharian bahwa kita benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan sahabatnya, Aamiin
Catatan : Abul Hasan Al Asy'ari dan Abu Al Maturidi menepis semua ajaran pemahaman Mu'tazilah karena beliau berdua tidak sepakat terhadap ajaran tersebut, sehingga beliau berdua mengedepankan pemahaman Ahl Ash Sunnah. Dan inilah cikal bakal munculnya pemahaman Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Wallahu A'lam Bishshawab....
semoga manfaat..
Asal Usul Ahlussunnah Wal Jamaah(Asy`ariyah dan Maturidiyah)
Asy`ariyah adalah sebuah paham aqidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy (Cikal Bakal Munculnya Paham Ahlussunnah Wal Jama'ah). Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.
Awalnya Al-Asy`ari pernah belajar kepada Al-Jubba`i, seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu`tazilah. Sehingga untuk sementara waktu, Al-Asy`ariy menjadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau mendalami paham Mu`tazilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara dia dan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah terutama masalah Kalam. Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`tazilah dan dua pun keluar dari paham itu kembali ke pemahanan Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Al-Asy`ariyah membuat sistem hujjah yang dibangun berdasarkan perpaduan antara dalil nash (naql) dan dalil logika (`aql). Dengan itu belaiu berhasil memukul telak hujjah para pendukung Mu`tazilah yang selama ini mengacak-acak eksistensi Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan, sejak berdirinya aliran Asy`ariyah inilah Mu`tazilah berhasil dilemahkan dan dijauhkan dari kekuasaan. Setelah sebelumnya sangat berkuasa dan melakukan penindasan terhadap lawan-lawan debatnya termasuk di dalamnya Imam Ahmad bin Hanbal.
Kemampuan Asy`ariyah dalam memukul Mu`tazilah bisa dimaklumi karena sebelumnya Al-Asy`ariy pernah berguru kepada mereka. Beliau paham betul lika-liku logika Mu`tazilah dan dengan mudah menguasai titik-titik lemahnya.
Meski awalnya kalangan Ahlussunnah sempat menaruh curiga kepada beliau dan pahamnya, namun setelah keberhasilannya memukul Mu`tazilah dan komitmennya kepada aqidah ahlus sunnah wal jamaah.
kemudia Abu al-Hasan bin Isma'il al-Asy'ari bertemu dengan tokoh kontemporer yang juga bertentangan dengan Mu'tazilah beliau adalah Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi.yang mereka memiliki persamaan dan sedikit perbedaan dalam akhidah yang akhirnya mencetuskan sebuah pemahaman AHL ASSUNNAH WA AL JAMA'AH..
Perbedaan dan persamaan model pemahaman / pemikiran antara Asy`ariyah dan Maturidiyah bisa kita break-down menjadi beberapa point :
1. Tentang sifat Tuhan
Pemikiran Asy`ariyah memiliki pemahaman yang relatif sama. Bahwa Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat Ilmu-Nya, bukan dengan zat-Nya. Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya.
2. Tentang Perbuatan Manusia.
Pandangan Asy`ariyah
3. Tentang Al-Quran
Pandangan Asy`ariyah mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu makhluq.
4. Tentang Kewajiban Tuhan
Pandangan Asy`ariyah
5. Tentang Pelaku Dosa Besar
Pandangan Asy`ariyah mengatakan bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak gugur ke-Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada pada tempat diantara dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.
6. Tentang Janji Tuhan
Keduanya sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti memberikan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang berbuat jahat.
7. Tetang Rupa Tuhan
Keduanya sama-sama sependapat bahwa ayat-ayat Al-Quran yang mengandung informasi tentang bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan diberi arti majaz dan tidak diartikan secara harfiyah.
Di masa lalu ada perdebatan sengit antara para ulama dan tokoh-toko teologi yang ditimbulkan akibat masuknya nilai-niai filsafat non Islam terutama dari barat (Yunani). Karena akar filsaat dan teologi mereka berangkat dari mitos tanpa dasar dari agama samawi yang kuat, maka masuknya paham ini kedunia Islam pastilah menimbulkan pertentangan tajam. Dalam tubuh umat Islam, pertentangan ini mengerucut pada tarik menarik antara dua kutub utama yaitu ahlussunnah yang mempertahankan paham berdasarkan nash (naql) dan Mu`tazilah yang cenderung menafikan nash (naql) dan bertumpu kepada akal semata. Sehingga mereka sering disebut dengan kelompok rasionalis.
Dalam perbedabatan panjang antar dua kutub yang saat itu kebetulan kemlompok mu`tazilah sempat memegang tampuk kekuasaan sehingga berusaha melikuidasi dan melenyapkan tokoh lawannya.
Di antara barisan ahlissunnah ini muncul nama dua tokoh ulama yang cukup berpengaruh, yaitu Al-Asya`ri dan Al-Maturidi. Mereka dalam hal ini menjadi qutub kekuatan mazhab aqidah yang sedang mengalami gempuran hebat dari kelompok rasionalis yang saat itu memang sedang di atas angin.
Al-Asy`ari mencoba menangkis semua argumen kelompok rasionalis dengan menggunakan bahasa dan logika lawannya. Karena kalau dijawab dengan dalil nash (naql), jelas tidak akan efektif untuk menangkal argumen lawan. Karena lawannya sejak awal sudah menafikan nash.
Sehingga kita memang melihat adanya kombinasi antara dalil aqli dan naqli yang digunakan oleh Al-Asy-`ari. Pada masanya, metode penangkisan itu sangat efektif untuk meredam argumen lawan.
Tentu tidak tepat untuk membandingkannya dengan zaman yang berbeda. Karena bila hal itu dilakukan, memang disana sini barangkali kita akan temukan hal-hal yang agak janggal secara konsep aqidah yang manhajiyah. Sayangnya, oleh mereka yang kurang mengerti duduk permasalahn, kejanggalan inilah yang sering dijadikan bahan tuduhan bahwa mazhab aqidah ini sesat. Padahal dimasanya, banyak sekali para ulama yang secara otomatis berada di pihak Al-asy`ari bila melihat tarik menarik antar kedua kelompok. Namun bukan berarti semua ulama saat itu 100 % menerima / setuju dengan detail mazhabnya. Dan hal itu adalah sesuatu yang lumrah sifatnya.
Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah
Rangkaian istilah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah terdiri dari tiga kata, yaitu:1. Ahl yang berarti keluarga, golongan, atau pengikut 2. Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maksudnya adalah semua yang datang dari Nabi Muhammad SAW, berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi Muhammad SAW. (source: Fath al-Bari, juz XII, hal 245) 3. Al-Jama'ah yaitu apa-apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada masaal-Khulafa' al-Rasyidun (Khalifah Abu Bakar RA, 'Umar bin Khattabb RA, 'Utsman bin 'Affan RAdan 'Ali bin Abi Thalib RA). Kata al-Jama'ah diambil dari sabda Nabi Muhammad SAW:مَنْ أرَادَ بُحبُوحَة الجَنةِ فليَلزمِ الجَمَاعَة. رواه الترمذي وصححه الحاكم والذهبي "Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jama'ah". (Hadits riwayat Timidzi, dan di shahihkan oleh Hakim dan al-Dzahabi). (source: Al-Mustadrak, juz I, hal 77-78). Sebagaimana telah dikemukakan oleh Syaikh 'Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya, al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq:
فالسّنة مَا سَنّهُ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم وَالجَمَاعَة مَااتفق ِعليْهِ أصْحَابُ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي خِلا فةِ الأئِمّة ِالأرْبَعَةِ الخُلفـَـــــــــــــاءِ الرّاشِــــدِينَ المَهْـــــــدِيّيْنَ رَحْمَة الله َعَليهِمْ اَجْمَعِين
"Yang dimaksud dengan al-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan pengertian al-Jama'ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa al-Khulafa' ar-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah SWT memberi rahmat pada mereka semua)". (souce: Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal 80). Selanjutnya Syaikh Abi al-Fadhl bin 'Abdussyakur menyebutkan dalam kitab al-Kawakib al-Lamma'ah:ِ
أَهلُ السّنةِ وَالجَمـــَاعَةِ الذِيْنَ لا زَمُوا سُنة النبي وَطرِيْقة الصّحَابَة ِفى العَقائِدِ الدّيْنِيـَّـــةِ وَالأعْمـَالِ البَدَنِيَّـــةِ وَالأخلاقِ القلبيـّــة
"Yang disebut Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah akidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati". (source: al-Kawakib al-Lamma'ah, hal 8-9)Jadi Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah merupakan ajaran yang mengikuti semua yang telah di contohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Ada tiga prinsip yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.1. al-Tawassuth: sikap tengah-tengah/sedang/ tidak ekstrim kiri ataupun kanan. Firman Allah SWT:َ
وَكذالكَ جَعَلنَاكُمْ اُمّة وَسَطًا لِتكُوْنُوا شُهَدَاءَ عَلى النـّـــاسِ وَيَكوْن الرّسـُــــــولَ عَليْكمْ شَهيْدًا
"Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian". (QS. Al-Baqarah, 153) 2. al-Tawazun: seimbang dalam segala hal termasuk dalam penggunaan Dalil 'Aqli dan Dalil Naqli. Firman Allah SWT:َلقدْ اَرْسَلنـَـــا رُسُلنـَـــا بالبيِّنـَــاتِ وَانزَلنـَـــا مَعَهُمُ الكتـَـــاب وَالمِيْزَانَ لِيقوْمَ النـَّــاسُبِالقِسْط"Sungg
يــَــآ ايّهَا الذِيـْـــنَ آمَنوا كونوا قَوّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاءَ بِالقِسْطِ ، وَلا ُيَجرِمَنكُمْ شَنـَـــآنُ قَوْمٍ عَلي اَنْ لا تَعْدِلـُــوا ، اِعْدِلوا هُوَ اَقرَب لِلتقوَى وَاتقوا اللهَ اِنّ اللهَ خبِيْرٌ بِمَــــا تَعْمَلـُــوْن
"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah pada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah, 9) Karena itu, sebenarnya Ahl al-Sunnah wa al-jama'ah merupakan Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan-diamalkan oleh para sahabat. Ketika Rasulullah SAW menerangkan bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, dengan tegas Nabi SAW menyatakan bahwa yang benar adalah mereka yang tetap berpedoman pada apa saja yang diperbuat oleh Nabi SAW dan para sahabatnya pada waktu itu (ma ana 'alaihi al-yaum wa ashabi). Semoga kita dapat membuktikan dan mengaplikasikan dalam praktek keseharian bahwa kita benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan sahabatnya, Aamiin
Catatan : Abul Hasan Al Asy'ari dan Abu Al Maturidi menepis semua ajaran pemahaman Mu'tazilah karena beliau berdua tidak sepakat terhadap ajaran tersebut, sehingga beliau berdua mengedepankan pemahaman Ahl Ash Sunnah. Dan inilah cikal bakal munculnya pemahaman Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Wallahu A'lam Bishshawab....
semoga manfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar