OPERA PARA PENJAHAT


mata yang melihat
tetapi tak dapat melihat
sejatinya buta keduanya
terbuka dan tertutup tetap berkedip

pancasila hanya di pandang
undang-undang hanya di tulis
palu hakim hanya diketuk
kursi terdakwa di perjual belikan

coba suguhkan aku rangkaian peristiwa
tiada lagi manis rasa kopi ini
setiap pagi di beri pemberitaan keji
mungkin sampai mati

sumpah jabatan tak akan di ulangi
karena tangan mengangkat seiring kitab suci
matanya menatap, bibirnya mengucap dan hatinya bermain
Tuhan dianggap tak penting

suguhkan rangkaian peristiwa padaku
kalaupun aku bisa, akan ku lahab satu demi satu
matahari masih berganti waktu
tetapi tetap hanya sepenggal permainan

di sini masih menyaksikan
opera para penjahat masih juga dimainkan
tunduklah.....
karna cahaya pasti akan datang

opera para penjahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar